Kamis, 11 September 2014

Surat dari Palestina


Sahabatku, maafkan jika aku tidak bisa mengundang kalian beserta keluarga ke Negeriku 'Palestina'
Aku takut kamu akan kehilangan kaki, tangan atau
bahkan kehilangan keluargamu
Aku takut kamu tidak akan merasa tenang, karena suara ledakan di mana-mana
Aku takut kamu tidak menemukan tempat beristirahat seperti Hotel, karena bagi kami tempat istirahat yang tenang adalah kembali ke sisi-NYA

Aku tidak tahu menahu tentang apa yg menjadi persoalan peperangan ini terjadi
Apakah kami memperebutkan tanah perjanjian (Holy Land) yang dijanjikan Tuhan? (daerah Jerusalem; merupakan tempat ibadah suci bagi 3 agama samawi di dunia)
Politik?
Ada yang mengatakan sebab kehidupan kami dirampas adalah atas nama kitab-kitab di masa lalu?
Kami hanya mencoba berperang untuk melanjutkan hidup, karena laripun kami tidak bisa



Tidak ada pelangi,
Aku hanya melihat, asap-asap bertebaran di mana-mana
Aku tidak bisa membedakan yang mana panas terik matahari dengan panas dari ledakan bom-bom yang berjatuhan di mana-mana
Tidak ada suara gaduh yang menggembirakan, yang ada hanyalah teriakan "Tolong!!!" ataupun "Lari"
Kata "Bersabar" sudah aku dengar 1000kali. Dan sudah membuatku lelah.
Kamu tahu apa kesibukan kami? Sehingga kami tidak sempat untuk bersenang-senang seperti menikmati cinta?
Kau tahu setelah bom-bom dijatuhkan. Tugas kami adalah mencari keluarga kami yang berlindung di dalam puing-puing reruntuhan atau bahkan keluarga kami yang telah menjadi puing-puing reuntuhan tersebut.
Untuk bersama keluarga saja sudah sangat kami syukuri, apalagi bisa tidur nyenyak di malam hari.
kamu akan terbiasa melihat gambaran ini Kamu akan terbiasa melihat ini di tempat kami

Wahai saudaraku yang se-iman.
Di saat kalian sedang bersenang-senang, kami sedang mencoba menyenangi penderitaan ini
kami sedang mempelajari bagaimana menggunakan Senjata dan Bom
Di saat kalian berkumpul dengan keluarga, kami sedang asyik memungut dan mencari jenazah sahabat, kerabat dan keluarga kami
Wahai saudaraku yang sependeritaan
Di saat kalian mengeluh tentang kejamnya kehidupan, tenanglah kami sudah lebih dari merasakannya apa itu ketidakadilan
Di saat kalian mengeluh tentang ketidakadilan negeri kalian, tenanglah kami saja tidak tahu apakah negeri kami masih bisa layak disebut sebuah negeri

Aku tidak meminta bantuan yang berat kepada kalian, kami hanya ingin kalian turut memberitahukan kepada Pemerintah kalian.
Bahwa kami di sini sedang menantikan sebuah malam di mana saat membuka mata, kami melihat orang yang kami sayangi tidur dengan nyenyak di samping kami tanpa perlu mencemaskan peperangan yang terjadi ini.
 
Setidaknya kami tahu bahwa kalian masih peduli terhadap saudara kalian yang se-iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar